TUHAN MEMBERIKAN KAMU HIDUP BUKAN KARENA KAMU MEMBUTUHKANYA MELAINKAN SESEORANG MEMBUTUHKANMU

Senin, 30 Oktober 2017


BAB 8
Siklus Hidup Sistem
1.     Siklus Hidup Sistem
Siklus Hidup Sistem adalah (system life cycle) adalah metode pengembangan sistem informasi yang paling tua. Metodologi siklus hidup adalah pendekatan bertahap untuk membangun sistem, membagi pengembangan sistem menjadi tahapan-tahapan yang fomal. Metodologi siklus hidup sistem membagi tenaga kerja secara formal, antara pengguna akhir dan spesialis sistem informasi. Spesialis teknis, seperti analisis sistem dan programer, bertanggung jawab atas pekerjaan analisis sistem, perancanaan dan implementasi; pengguna akhir terbatas hanya memberikan kebutuhan informasinya dan menilai hasil pekerjaan staf teknis. Siklus hidup juga menekankan spesifikasi formal dan pencatatan, banyak sekali dokumen yang dibuat selama suatu proyek sistem berjalan.
Pendekatan siklus hidup sistem membutuhkan biaya besar, memakan banyak waktu, dan tidak fleksibel. Siklus hidup sistem pada dasarnya merupakan pendekatan “air terjun” dimana tugas-tugas dalam satu tahapan diselesaikan sebelum pekerjaan pada tahapan selanjutnya dimulai. Aktivitas dapat diulangi, tetapi banyak sekali dokumen baru yang harus dibuat dan langkah yang harus diulangi jika kebutuhan dan spesifikasi perlu direvisi. Pendekatan siklus hidup juga tidak cocok untuk banyak sistem desktop kecil, yang cenderung tidak terlalu terstruktur dan lebih individual.
Tahapan dari siklus hidup sistem yaitu :
1.   Tahap Perencanaan
2.   Tahap Analisis
3.   Tahap Rancangan
4.   Tahap Penerapan
5.   Tahap Penggunaan

Implementasi sistem informasi berbasis komputer merupakan aktivitas yang berskala luas yang melibatkan orang dan fasilitas yang banyak, uang dan

peralatan dalam jumlah yang besar, dan waktu yang panjang. Perencanaan Sistem Informasi Berbasis Komputer (SIBK) juga mempunyai manfaat, yaitu:
1.         Menentukan lingkup dari proyek
Unit organisasi, kegiatan atau sistem manakah yang terlibat dan mana yang tidak? Hal tersebut akan memberikan perkiraan awal dari skala sumber daya yang diperlukan.
2.       Mengenali berbagai area permasalahan potensial
Akan menunjukkan hal-hal yang mungkin tidak berjalan dengan semestinya, sehingga hal tersebut dapat dicegah.
3.       Mengatur urutan tugas
Banyak tugas-tugas terpisah yang diperlukan untuk mencapai sistem. Tugas tersebut diatur dalam urutan logis berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan agar efisien.
4.       Memberikan dasar untuk pengendalian
Tingkat kinerja metode pengukuran tertentuharus dispesifikasikan sejak awal.

1.       Tahap Perencanaan 
Langkah-langkahnya perencanaan:
·           Menyadari masalah 
Kebutuhan akan proyek CBIS biasanya dirasakan oleh manajer perusahaan, non manajer, dan elemen-elemen dalam lingkungan perusahaan.
·           Mendefinisikan masalah  
Setelah manajer menyadari adanya masalah, ia harus memahaminya dengan baik agar dapat mengatasi permasalah tersebut. Ia melakukan identifikasi dimana letak permasalahannya, penyebabnya dan berusahan mengumpulkan semua informas
·           Menentukan tujuan system
Manajer dan analis sistem mengembangkan suatu daftar tujuan sistem yang harus dipenuhi oleh sistem untuk memuaskan pemakai. Sehingga tujuan hanya dinyatakan secara umum, yang nantinya akan dibuat lebih spesifik 
·           Mengidentifikasi kendala sistem
Sistem baru dalam pengoperasiannya tidak bebas dari kendala. Beberapa kendala mungkin ditimbulkan oleh lingkungan
·           Membuat studi kelayakan
Studi kelayakan adalah suatu tinjauan seklias pada faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan
·           Menyiapkan usulan penelitian sistem
Jika suatu sistem dan proyek tampak layak, diperlukan penelitian sistem secara menyeluruh
·           Menyetujui atau menolak penelitian
Manajer dan komite pengarah menimbang pro dan kontra proyek dan rancangan sistem yang diusulkan, serta menentukan apakah perlu diteruskan atau dihentikan
·           Menetapkan mekanisme pengendalian
Sebelum penelitian sistem dimulai, SC MIS menetapkan pengendalian proyek dengan menentukan apa yang harus dikerjakan, siapa yang melakukannya, dan kapan akan dilaksanakan
2.        Tahap Analisis
Adapun tahapannya yaitu : 
·         Mengumumkan Penelitian Sistem 
Manajer khawatir terhadap penerapan aplikasi komputer baru yang mempengaruhi kerja para pegawainya
·         Mengorganisasikan Tim Proyek
Tim proyek yang akan melakukan penelitian sistem dikumpulkan. Agar proyek berhasil, pemakai sangat perlu berperan aktif daripada berperan pasif. Banyak perusahaan mempunyai kebijakan menjadikan pemakai sebagai pemimpin proyek dan bukannya spesialis informasi
·         Mendefinisikan Kebutuhan Informasi
Analis mempelajari kebutuhan informasi pemakai dengan terlibat dalam berbagai kegiatan pengumpulan informasi (wawancara, pemgamatan, pencarian catatan, dan survei)
·         Mendefinisikan Kriteria Kinerja Sistem
Langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secara tepat apa yang harus dicapai oleh sistem, yaitu kriteria kinerja system
·         Menyiapkan Usulan Rancangan
Analis sistem memberikan kesempatan bagi manajer untuk membuat keputusan teruskan atau hentikan untuk kedua kalinya. Dalam hal ini manajer harus menyetujui tahap rancangan dan kungan bagi keputusan tersebut termasuk di dalam usulan rancangan.
·         Menerima atau Menolak Proyek Rancangan
Manajer dan komite pengarah SIM mengevaluasi usulan rancangan dan menentukan apakah akan memberikan persetujuan atau tidak. Dalam beberapa kasus, tim mungkin diminta melakukan analisis lain dan menyerahkannya kembali atau mungkin proyek ditinggalkan. Jika disetujui, proyek maju ke tahap rancangan.

3.       Tahap Perancangan
Langkah-langkah tahapan rancangan yaitu :
·         Menyiapkan rancangan sistem yang terinci 
Beberapa alat memudahkan analis untuk menyiapkan dokumentasi secara top-down, dimulai dengan gambaran besar dan secara bertahap mengarah lebih rinci. Pendekatan top-down ini merupakan ciri rancangan terstruktur(structured design), yaitu rancangan bergerak dari tingkat sistem ke tingkat subsistem
·         Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi sistem 
Analis mengidentifikasi konfigurasi – bukan merek atau model – peralatan komputer yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi sistem dalam menyelesaikan pemrosesan. Identifikasi merupakan suatu proses berurutan, dimulai dengan berbagai kombinasi yang dapat menyelesaikan setiap tugas
·         Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem 
Analis bekerja sama dengan manajer mengevaluasi berbagai alternatif. Alternatif yang dipilih adalah yang paling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala yang ada
·         Mimilih konfigurasi terbaik 
Analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dan menyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah selesai, analis membuat rekomendasi kepada manajer untuk disetujui. Bila manajer menyetujui konfigurasi tersebut, persetujuan selanjutnya dilakukan oleh SC MIS
·         Menyiapkan usulan penerapan 
Analis menyiapkan usulan penerapan (implementation proposal) yang mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan yang harus dilakukan, keuntungan yang diharapkan, dan biayanya
·         Menyetujui atau menolak penerapan sistem 
Keputusan untuk terus pada tahap penerapan sangatlah penting, karena usaha ini akan sangat meningkatkan jumlah orang yang telibat. Jika keuntungan yang diharapkan dari sistem melebihi biayanya, maka penerapan akan disetujui

4.       Tahap Penerapan
Adapun tahapannya yaitu :
·         Merencanakan penerapan;
Manajer dan spesialis informasi harus memahami dengan baik pekerjaan yang diperlukan untuk menerapkan rancangan sistem dan untuk mengembangkan rencana penerapan yang sangat rinci.
·         Mengumumkan penerapan;
Proyek penerapan diumumkan kepada para pegawai dengan cara yang sama pada penelitian sistem. Tujuannya adalah untuk menginformasikan kepada para pegawai mengenai keputusan untuk menerapkan sistem baru dan meminta kerjasama mereka.
·         Mendapatkan sumber daya perangkat keras;
Rancangan sistem disediakan bagi para pemasok berbagai jenis perangkat keras yang terdapat pada konfigurasi sistem yang disetujui
·         Mendapatkan sumber daya perangkat lunak;
Ketika perusahaan memutuskan untuk menciptakan sendiri perangkat lunak aplikasinya, programmer menggunakan dokumentasi yang disiapkan oleh analis sistem sebagai titik awal
·         Menyiapkan database;
Pengelola database (database administrator – DBA) bertanggung jawab untuks emua kegiatan ynag berhubungan dengan data, dan mencakup persiapan database
·         Menyiapkan fasilitas fisik
Jika perangkat keras dan sistem baru tidak sesuai dengan fasilitas yang ada, perlu dilakukan konstruksi baru atau perombakan
·         Mendidik peserta dan pemakai;
Sistem baru kemungkinan besar akan mempengaruhi banyak orang. Beberapa orang akan membuat sistem bekerja. Mereka disebut dengan peserta, yang meliputi operator entry data, pegawai coding, dan pegawai administrasi lainnya.
·         Menyiapkan usulan cutover;
Proses menghentikan penggunaan sistem lama dan memulai menggunakan sistem baru disebut cutover. Ketika seluruh pekerjaan pengembangan hampir selesai , tim proyek merekomendasikan kepada manajer agar dilaksanakan cutover (dalam memo atau laporan lisan)
·         Menyetujui atau menolak masuk ke sistem baru;
Manajer dan SC MIS menelaah status proyek dan menyetujui atau menolak rekomendasi tersebut. Bila manajemen menyetujui maka manajemen menentukan tanggal cutover
·         Masuk ke sistem baru.
Ada 4 pendekatan dasar (cutover), yaitu :
  1. Percontohan (pilot) yaitu suatu sistem percobaan yang diterapkan dalam satu subset dari keseluruhan operasi.
  2. Serentak (immediate) merupakan pendekatan yang paling sederhana yakni beralih dari sistem lama ke sistem baru pada saat yang ditentukan.
  3. Bertahap (phased), sistem baru digunakan berdasarkan bagian per bagian pada suatu waktu.
  4. Paralel (parallel), mengharuskan sistem lama dipertahankan sampai sistem baru telah diperiksa secara menyeluruh. Akan memberikan pengamanan yang paling baik terhadap kegagalan tetapi yang paling mahal, karena kedua sumber daya harus dipertahankan.

5.       Tahap Penggunaan
Tahap penggunaan terdiri dari 5 langkah, yaitu :
·         Menggunakan system
Pemakai menggunakan sistem untuk mencapai tujuan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan.
·         Audit system
Setelah sistem baru mapan, penelitian formal dilakukan untuk menentukan seberapa baik sistem baru itu memenuhi kriteria kinerja. Studi tersebut dikenal dengan istilah penelaahan setelah penerapan (post implementation review). Hasil audit dilaporkan kepada CIO, SC MIS dan pemakai. Proses tersebut diulangi, mungkin setahun sekali, selama penggunaan sistem berlanjut.
·         Memelihara sistem
Selama manajer menggunakan sistem, berbagai modifikasi dibuat sehingga sistem terus memberikan dukungan yang diperlukan. Modifikasinya disebut pemeliharaan sistem (sistem maintenance).
·         Menyiapkan usulan rekayasa ulang
Ketika sudah jelas bagi para pemakai dan spesialis informasi bahwa sistem tersebut tidak dapat lagi digunakan, diusulkan kepada SC MIS bahwa sistem itu perlu direkayasa ulang (reengineered). Usulan itu dapat berbentuk memo atau laporan yang mencakup dukungan untuk beralih pada suatu siklus hidup sistem baru. Dukungan tersebut mencakup penjelasan tentang kelemahan inheren sistem, statistik mengenai biaya perawatan, dan lain-lain.
·         Menyetujui atau menolak rekayasa ulang sistem
Manajer dan komite pengarah SIM mengevaluasi usulan rekayasa ulang sistem dan menentukan apakah akan memberikan persetujuan atau tidak.

3.  Prototyping
Pembuatan prototipe (prototyping) meliputi pengembangan sistem uji coba yang cepat dan murah untuk dievaluasi oleh pengguna akhir. Lewat interaksi dengan prototipe, para pengguna dapat memperoleh gagasan yang lebih baik mengenai kebutuhan informasi mereka. Prototipe yang telah disetujui oleh pengguna dapat digunakan sebagai patokan untuk membuat sistem versi finalnya.
Prototipe (prototype) adalah versi sistem informasi atau bagian dari sistem yang sudah dapat berfungsi, tetapi dimaksudkan hanya sebagai model awal saja. Setelah beroperasi, prototipe akan lebih jauh diperhalus hingga cocok sekali dengan kebutuhan penggunaannya. Ketika rancangannya telah difinalisasi, prototipe dapat dikonversi menjadi sistem produksi yang jauh lebih baik.
Proses membuat rancangan awal, mencobanya, memperhalusnya, dan mencobanya kembali disebut pengembangan sistem yang iteratif (iterative) karena langkah-langkah yang dibutuhkan untuk membuat sistem dapat diulangi beberapa kali. Dikatakan bahwa pembuatan prototipe telah menggantikan pengerjaan ulang tak terencana dengan iterasi yang terencana, dengan setiap versi yang terbaru semakin merefleksikan kebutuhan penggunaan.
Langkah-langkah Dalam Pembuatan Prototipe
1.    Mengidentifikasikan kebutuhan dasar pengguna. Perencana sistem (biasanya sistem spesialis sistem informasi) bekerja cukup lama dengan pengguna untuk mendapatkan informasi kebutuhan dasar pengguna.
2.    Mengembangkan prototipe awal. Perancang sistem dengan cepat membuat prototipe yang fungsional, menggunakan perangkat-perangkat untuk menciptakan peranti lunak dan cepat.
3.    Menggunakan prototipe. Pengguna didorong untuk bekerja dengan sistem tersebut untuk menentukan seberapa baik prototipe itu memenuhi kebutuhannya, dan untuk memberikan saran-saran bagaimana memperbaiki prototipe itu.
4.    Merevisi dan memperbaiki prototipe. Pembuat sistem mencatat semua perubahan yang diminta pengguna dan memperhalus prototipe berdasarkan permintaan tersebut. Setelah prototipe direvisi, siklusnya kembali ke langkah 3. Langkah 3 dan 4 diulangi terus hingga penggunaannya merasa puas.
Ketika tidak dibutuhkan iterasi lagi, prototipe yang telah disetujui ini kemudian menjadi prototipe operasional yang mmenuhi spesifikasi final untuk aplikasinya. Terkadang prototipe digunakan sebagai versi produksi dari sistemnya.

Keuntungan dan Kerugian dari Pembuatan Prototipe
Pembuatan prototipe paling bermanfaat ketika terdapat beberapa ketidakpastian tentang kebutuhan atau solusi rancangannya, dan sering digunakan untuk merancang sistem informasi antarmuka pengguna akhir (end user interface), atau bagian dari sistem yang berinteraksi dengan pengguna, seperti tampilan online dan layar masukan data, laporan, atau halaman Web. Pembuatan prototipe lebih berpeluang menghasilkan sistem yang memenuhi kebutuhan pengguna.
Jika prototipe sempurna bekerja dengan benar, pihak manajemen mungkin tidak merasa perlu melakukan pemrogaman ulang, perencanaan ulang, atau dokumentasi dan pengujian yang lengkap untuk membuat sebuah sistem produksi yang baik. Beberapa sistem yang dibuat secara terburu-buru mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengakomodasi jumlah data yang besar atau jumlah pengguna yang banyak dalam sebuah lingkungan produksi.

Istilah pengembangan aplikasi cepat (rapid application development- RAD) digunakan untuk menggunakan proses pembuatan sistem yang dapat dilangsungkan dalam waktu yang sangat singkat. RAD dapat mencakup penggunaan pemrogaman visual dan perangkat lainnya untuk membuat antarmuka grafis bagi pengguna, pembuatan prototipe iteratif dari elemen-elemen sistem yang terpenting, otomatisasi pembuatan kode program, dan kerjasama erat antara pengguna akhir dan spesialis sistem informasi.
Sistem-sistem sederhana seringkali dapat dirakit dari komponen-komponen yang sebelumnya telah dibuat. Prosesnya tidak harus sekuensial, dan bagian-bagian penting dari proses pengembangan dapat berlangsung bersamaan.

Penggantian proses yang ketinggalan jaman dengan yang lebih baru disebut rancang ulang proses bisnis (business process redesign) atau BPR (business process reengineering) yaitu rekayasa ulang proses bisnis. BPR mempengaruhi jasa informasi (IS) dalam dua cara, yaitu :
a.    Pertama, IS dapat menerapkan BPR untuk merancang ulang sistem berbasis computer yang tidak dapat dipertahankan lagi melalui pemeliharaan sistem biasa. Sistem seperti itu disebut sistem warisan (legacy system) karena terlalu berharga untuk dibuang tetapi memboroskan sumber daya IS
b.     Kedua, jika perusahaan menerapkan BPR untuk berbagai operasi utamanya, usaha tersebut pasti menimbulkan dampak gelombang yang mengakibatkan rancang ulang sistem berbasis computer.
IS telah menciptakan tiga teknik untuk menerapkan BPR pada CBIS. Teknik-teknik ini dikenal sebagai tiga R – rekayasa mundur, restrukturisasi dan rekayasa ulang. Komponen-komponen ini dapat diterapkan terpisah atau dalam kombinasi.

1.        Rekayasa Mundur
Rekayasa mundur berasal dari intelijen bisnis. Perusahaan-perusahaan mengikuti perkembangan terakhir produk pesaing dengan membeli contoh produk dan membongkarnya untuk melihat cara kerjanya.
Dalam hal komputer, rekayasa mundur (reverse engineering) adalah proses menganalisis suatu sistem untuk mengidentifikasi elemen-elemennya dan antar hubungannya, serta untuk menciptakan dokumentasi dalam tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari yang sekarang ada. Rekayasa mundur diterapkan pada suatu sistem jika terdapat kebutuhan untuk menyiapkan dokumentasi baru.
Titik awal dalam merekayasa mundur suatu sistem adalah kode program, yang diubah menjadi dokumentasi program seperti diagram tindakan, seperti Bahasa Inggris terstruktur dan bagan arus program. Dokumentasi ini dapat, pada gilirannya, diubah menjadi penjelasan yang lebih abstrak seperti diagram arus data dan bagan arus sistem, Transformasi ini dapat dicapai secara manual atau oleh perangkat lunak BPR.
Karena itu, rekayasa mundur mengikuti suatu alur mundur melalui siklus hidup sistem dengan merekonstruksi rancangan dan perencanaan sistem ke usaha pengembangan aslinya.
Hasilnya adalah sistem yang terdokumentasi secara menyeluruh. Namun sistem itu masih melakukan tepat seperti yang dilakukan rancangan awalnya. Rekayasa ulang tidak mengubah fungsionalitas suatu sistem – tugas yang dilaksanakannya. Sebaliknya, tujuannya adalah lebih memahami suatu sistem sehingga dapat membuat perubahan melalui cara-cara lain, seperti restrukturisasi atau rekayasa ulang.

2.        Restrukturisasi
Restrukturisasi (restructuring) adalah transformasi suatu sistem menjadi bentuk lain tanpa mengubah fungsionalitasnya. Contoh restrukturisasi yang baik adalah transformasi suatu program yang ditulis pada tahun-tahun awal computer, ketika hanya ada sedikit standar pemrograman, menjadi program dalam format terstruktur atau modul-modul hierarkis. Setelah suatu program direstrukturisasi, program itu kembali digunakan sehingga menghasilkan pola lingkaran. Seperti halnya rekayasa mundur, restrukturisasi dapat dilakukan dalam arah mundur melalui tiap tahap dari siklus hidup sistem. Hasilnya adalah suatu sistem yang terstruktur lengkap – dari rencana ke kode

3.        Rekayasa Ulang
Rekayasa ulang (reengineering) adalah rancang ulang lengkap suatu sistem dengan tujuan mengubah fungsionalitasnya. Itu bukan pendekatan “hapus habis” karena pengetahuan mengenai cara sistem yang sedang berjalan tidak diabaikan sama sekali. Pengetahuan itu dapat diperoleh dengan pertama-tama terlibat dalam rekayasa mundur. Lalu sistem baru itu dan dikembangkan secara normal. Nama rekayasa maju (forward engineering) diberikan untuk proses yang mengikuti siklus hidup sistem secara normal saat terlibat dalam BPR.

Pemilihan Komponen-komponen BPR
Komponen-komponen BPR (tiga R) dapat diterapkan secara terpisah atau dalam kombinasi, tergantung pada tingkat perubahan yang diinginkan. Paduan yang tepat tergantung pada keadaan sistem saat ini dalam hal kualitas teknis dan fungsional. Kualitas fungsional adalah suatu ukuran mengenai apa yang dilakukan sistem. Kualitas teknis sebaliknya merupakan suatu ukuran mengenai bagaimana itu dilakukan.
Jika kualitas fungsional maupun teknis buruk, proyek rekayasa maju menjadi keharusan. Keadaan begitu buruk sehingga paling baik mulai dari awal, mengikuti langkah-langkah siklus hidup sistem secara normal. Jika fungsionalitas baik tetapi kualitas teknis buruk, rekayasa mundur harus diikuti dengan restrukturisasi. Rekayasa mundur menghasilkan dokumentasi yang memungkinkan restrukturisasi. Jika fungsionalitas buruk tetapi kualitas teknik baik, rekayasa ulang diperlukan. Dalam hal ini sistem mencerminkan teknik-teknik modern, tetapi tidak melakukan pekerjaan yang tepat.

Menempatkan SLC, Prototyping dan RAD dalam Perspektif
Siklus hidup sistem, prototyping dan RAD semuanya merupakan metodologi. Tiga metodologi ini merupakan cara-cara yang dianjurkan dalam menerapkan sistem berbasis computer.
SLC merupakan penerapan dari pendekatan sistem bagi masalah penerapan sistem computer dan berisi semua elemen, dimulai dari identifikasi masalah dan diakhiri dengan penggunaan sistem.
Prototyping merupakan bentuk pendek dari pendekatan sistem yang berfokus pada definisi dan pemuasan kebutuhan pemakai. Prototyping dapat berada di dalam SLC. Kenyataannya, salama proses pengembangan satu sistem tunggal mungkin diperlukan banyak usaha prototyping.
RAD merupakan pendekatan alternatif untuk tahap rancangan dan penerapan dari SLC. Sumbangan terbesar dari RAD adalah kecepatannya menghasilkan sistem untuk digunakan, yang terutama dicapai melalui penggunaan peralatan-peralatan berbasis computer dan tim-tim proyek yang terspesialisasi.
Dari semua metodelogi yang ada,SLC merupakan metodelogi tertua dan akan terus menjadi dasar sebagian besar kerja pengambangan sistem.prototyping merupakan metodelogi yang sudah mapan, dan akan terus digunakan bagi proyek-proyek yang telah cukup mapan, dan akan terus digunakan bagi proyek-proyek yang kebutuhan pemakainya masih sulit didefinisikan.